Intoleransi laktosa dan alergi makanan adalah dua kondisi berbeda yang melibatkan reaksi merugikan terhadap makanan. Memahami perbedaan antara keduanya serta cara mengenali dan mengatasinya dengan gizi tepat sangat penting untuk menjaga kualitas hidup. Artikel ini akan membahas bagaimana gizi berperan dalam mengelola kedua kondisi ini.
Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan cukup enzim laktase untuk mencerna laktosa, gula alami yang ditemukan dalam produk susu. Gejala yang timbul biasanya berupa gangguan pencernaan seperti kembung, perut kram, dan diare setelah mengonsumsi produk susu. Meskipun tidak mengancam jiwa, intoleransi laktosa dapat sangat tidak nyaman. Pengelolaan gizi untuk kondisi ini melibatkan pembatasan asupan produk susu atau mengonsumsi produk susu bebas laktosa atau dengan bantuan suplemen laktase. Alternatif susu nabati seperti susu almond, kedelai, atau oat juga bisa menjadi pilihan dengan gizi tepat.
Di sisi lain, alergi makanan adalah respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap protein tertentu dalam makanan. Reaksi alergi dapat berkisar dari ringan (seperti ruam atau gatal-gatal) hingga parah dan mengancam jiwa (anafilaksis). Delapan alergen utama yang paling umum adalah susu, telur, kacang tanah, kacang pohon, ikan, kerang, kedelai, dan gandum. Mengenali alergen pemicu dan menghindarinya sepenuhnya adalah kunci utama dalam mengatasi alergi makanan.
Pengelolaan alergi makanan dengan gizi tepat melibatkan eliminasi ketat alergen dari diet. Ini memerlukan kehati-hatian dalam membaca label makanan dan menghindari kontaminasi silang saat menyiapkan makanan. Penggantian nutrisi yang hilang akibat eliminasi makanan tertentu juga penting untuk memastikan gizi tetap seimbang. Misalnya, jika alergi susu, sumber kalsium dan vitamin D alternatif perlu dipastikan.
Dalam kedua kondisi ini, peran ahli gizi sangat penting. Ahli gizi dapat membantu mengenali pemicu gejala melalui diet eliminasi atau tes alergi, serta menyusun rencana gizi yang tepat untuk memastikan kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi meskipun ada pembatasan diet. Mereka juga dapat memberikan edukasi tentang cara membaca label makanan dan menghindari alergen atau laktosa dalam kehidupan sehari-hari di Bangkok, di mana variasi makanan sangat beragam.