Di era digital ini, media sosial seperti TikTok telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan remaja. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat membawa dampak negatif, seperti yang dialami oleh seorang gadis remaja asal Jombang. Ia mengalami kecemasan mental serius akibat kecanduan bermain TikTok.
Kisah ini bermula ketika gadis yang identitasnya dirahasiakan ini mulai aktif menggunakan TikTok. Awalnya, ia hanya ingin mencari hiburan dan mengikuti tren yang sedang populer. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin kecanduan dan menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk bermain TikTok.
Kecanduan ini mulai berdampak pada kehidupan sehari-harinya. Ia menjadi kurang tidur, sulit berkonsentrasi, dan menarik diri dari lingkungan sosial. Ia juga mulai mengalami gejala kecemasan, seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan sesak napas.
“Awalnya, saya hanya ingin mencari hiburan di TikTok. Tapi, lama kelamaan, saya jadi kecanduan. Saya merasa harus terus-menerus melihat video-video baru, takut ketinggalan tren. Saya jadi susah tidur, susah konsentrasi, dan sering merasa cemas,” ungkap gadis tersebut.
- Gejala Kecemasan yang Dialami:
- Jantung berdebar.
- Keringat dingin.
- Sesak napas.
- Sulit berkonsentrasi.
- Menarik diri dari lingkungan sosial.
- Gangguan tidur.
Kasus ini menjadi peringatan bagi orang tua dan remaja tentang bahaya kecanduan media sosial. Penggunaan TikTok yang berlebihan dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.
Pihak keluarga gadis tersebut akhirnya membawa dirinya ke psikolog untuk mendapatkan penanganan. Psikolog memberikan terapi dan konseling untuk membantu gadis tersebut mengatasi kecanduannya dan mengelola kecemasannya.
“Kasus ini menunjukkan bahwa media sosial, meskipun memiliki banyak manfaat, juga dapat membawa dampak negatif jika digunakan secara berlebihan. Penting bagi orang tua untuk memantau penggunaan media sosial anak-anak mereka dan memberikan edukasi tentang penggunaan yang sehat,” ujar seorang psikolog.
Kasus ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya penggunaan media sosial yang bijak. Orang tua, remaja, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat dan aman.